Jember Punya Paket Wisata Religi Islami Lho, Yuk Kita Kunjungi!
Sat, 22 Jun 2019 - 02:15 PM
Dengan jumlah pondok pesantren lebih dari 300 lembaga, tidak berlebihan jika Kabupaten Jember mendapat sebutan Kota Religi atau Kota Santri. Suasana religius tersebut dapat dilihat dari keseharian masyarakat Jember yang terlihat semakin menyolok pada saat bulan ramadhan atau pada momen-momen peringatan hari besar Islam.
Tidak heran jika Pemkab Jember menstimulasi paket wisata religi dengan mengajak warga desa utamanya kelompok-kelompok pengajian yang ada di Jember untuk mengunjungi 4 ikon wisata religi yang ada di Jember, yaitu Masjid Jami’ Al Baitul Amin, Masjid Muhammad Cheng Hoo, Masjid Roudlatul Muhlisin dan Makam KH. Ahmad Shiddiq.
Paket wisata religi yang digelar sejak 8 Maret 2019 tersebut diharapkan dapat menambah tingkat religiusitas masyarakat Jember sekaligus menarik para wisatawan dari luar Jember. Tertarik untuk mengikuti paket wisata religi di Jember? Yuk kita ulas satu persatu.
1. Masjid Jami’ Al Baitul Amin
Masjid tertua di Jember yang terletak di jantung kota, bersebelahan dengan Kantor Pemkab dan alun-alun Jember ini terdiri atas dua bangunan, yaitu bangunan masjid lama dan baru. Bangunan masjid lama yang merupakan cagar budaya telah berdiri sejak zaman kolonial Belanda dan direnovasi pada tahun 1939. Sedangkan masjid baru yang berdiri di atas lahan seluas 9.600 meter2 diresmikan pada 3 Mei 1976.
Sejarah berdirinya dua bangunan masjid yang dipisah oleh jalan protokol ini bermula dari gagasan Bupati Jember saat itu, Letkol H. Abdul Hadi yang ingin mendirikan masjid baru seiring dengan perkembangan kabupaten Jember yang pesat. Namun gagasan itu banyak yang menentang, karena jika masjid lama dirobohkan dapat menghilangkan amal jariyah dari pendiri masjid tersebut.
Akhirnya, atas usulan K.H. Achmad Shidiq, gagasan untuk mendirikan masjid baru direalisasikan dengan catatan tidak merobohkan masjid lama, sehingga dibangunlah masjid di sebelah bangunan masjid lama.
Masjid Jami’ Al Baitul Amin didesain oleh arsitek tamatan California bernama Yaying K Kaser dengan model yang unik, yaitu menempatkan tujuh kubah pada bagian atas masjid dengan bentuk bulat. Masjid yang ditopang 17 tiang ini memiliki mihrab dan mimbar yang saling terkait dengan bentuk tiga buah lengkungan yang menggambarkan trilogi risalah Islam: iman, islam dan ihsan.
Pada lengkungan mihrab dihiasi kaligrafi Surat Thaha ayat 14 dan di mihrab kanan – kiri tertulis lafadz Allah dan Muhammad. Sedang pada sekeliling bagian dalam kubah tertulis Surat An-Nuur. Masjid ini terlihat semakin indah dengan digunakannya marmer caraca dari Italia sebagai penutup lantai sembahyang utama.
2. Masjid Muhammad Cheng Hoo
Diresmikan pada 13 September 2015, Masjid yang beralamat di JL. Hayam Wuruk No.73, Kelurahan Sempusari, Kecamatan Kaliwates ini merupakan Masjid Muhammad Cheng Hoo kedelapan yang ada di Indonesia. Butuh waktu 3 tahun untuk membangun masjid yang didirikan PITI (Persautuan Islam Tionghoa Indonesia) ini. Itupun masih belum sepenuhnya sempurna, karena menurut rencana masjid ini akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti kantin, lapangan oleh raga, Taman Kanak-Kanak, Lembaga Pendidikan Al-Qur’an dan sejumlah fasilitas yang lain.
Berdiri di atas lahan hibah dari Pemkab Jember seluas 5.000 meter2, bangunan masjid berukuran 350 meter2 tersebut terlihat menyolok dan berbeda dari bangunan lain di sekitarnya karena sarat akan nuansa China. Terlebih perpaduan warna merah, hijau dan kuning yang membalut keseluruhan bangunan, terkesan sangat kontras dengan keadaan sekeliling sehingga menarik perhatian siapapun yang melintas di dekatnya.
Bangunan utama masjid memiliki luas sekitar 11 x 9 meter2 dengan bentuk atap mengerucut yang terdiri atas tiga tingkat menyerupai bangunan tradisional yang ada di negeri China, dan di sisi utaranya berdiri sebuah menara besar berbentuk segi delapan yang terdiri atas lima tingkat dengan bentuk menyerupai bangunan pagoda.
3. Masjid Roudlatul Muhlisin
Masjid yang berlokasi di Kelurahan Condro, Kecamatan Kaliwates ini berdiri di atas lahan seluas 2000 meter2 dan setelah melalui tahap renovasi selama 8 tahun akhirnya diresmikan oleh K.H. Ma’ruf Amin yang saat itu masih menjabat sebagai ketua MUI.
Tidak berbeda halnya dengan Masjid Muhammad Cheng Hoo yang bangunannya terlihat menyolok dan berbeda dari bangunan-bangunan lain yang ada di sekelilingnya, Masjid Roudlatul Muhlisin pun menarik perhatian siapapun yang melintas di dekatnya. Bedanya, jika desain arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo ala bangunan di negeri Tiongkok sementara Masjid Roudlatul Muhlisin mirip dengan masjid-masjid yang ada di Turki.
Terdiri atas tiga tingkat, bangunan masjid ini terlihat sangat menawan dengan hiasan lampu-lampu dan berbagai ornamen serta kaligrafi yang memenuhi pilar-pilar serta hampir keseluruhan dinding masjid baik yang ada di luar maupun di dalam. Bangunan menara dan kubahnya pun tidak dibiarkan polos tapi juga dipercantik dengan ornamen-ornamen khas Timur Tengah.
Tepat di depan pintu masuk masjid, dapat ditemui taman yang berhias air mancur dan lampu berwarna-warni. Sehingga pada malam hari, keindahan dari masjid ini akan membuat siapapun berdecak kagum.
Tidak heran jika masjid ini selalu dibanjiri pengunjung, baik yang ingin beribadah maupun sekedar mengagumi keindahan masjid atau memanfaatkan bangunan masjid untuk dijadikan latar belakang foto.
Pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung berdasarkan kendaraan yang terparakir sekitar 20 – 30 mobil ditambah 50 – 75 motor, sedang pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu jumlah mobil yang terparkir selalu lebih dari 50 mobil bahkan seringkali halaman parkir sampai tidak mampu menampung sehingga sebagian kendaraan harus diparkir di pinggir jalan raya.
4. Makam KH. Muhammad Shiddiq
Destinasi wisata religi lainnya di Jember yang masuk ke dalam paket wisata religi adalah makam K.H. Achmad Shiddiq yang lokasinya di JL. Gajah Mada, Kelurahan Condro, Kecamatan Kaliwates.
Tokoh karismatik ini memiliki jasa besar dalam menyebarkan agama Islam di kabupaten Jember, karena lewat pesantren yang didirikannya di Kampung Gebang sekitar tahun 1884, lahir tokoh-tokoh agama yang kemudian juga mendirikan pondok-pondok pesantren di desa masing-masing sehingga jumlah pondok pesantren yang ada di Jember saat ini sudah lebih dari 300 lembaga.
Selain para santrinya, putranya yang bernama K.H.Achmad Shiddiq juga mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Ash-Shiddiqi Putra yang juga dikenal dengan nama PPI ASHTRA di Kelurahan Talangsari, Kecamatan Kaliwates. Saat ini pesantren tersebut diasuh oleh Gus H. Firjaun, putra dari K.H. Shiddiq yang juga cucu dari K.H. Muhammad Shiddiq.
K.H. Muhammad Shiddiq yang konon generasi ke-15 Joko Tingkir, meninggal tahun 1934 pada usia 80 tahun. Meski sudah puluhan tahun disemayamkan, hingga kini makamnya masih terus didatangi para peziarah yang datang dari berbagai daerah termasuk para pejabat dan tokoh-tokoh penting di tanah air. (*)